BAB I
Pendahuluan
A.
Landasan
Teori
Halogen
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pembentukan garam”. Dinamai demikian
karena unsur-unsur halogen dapat bereaksi dengan logam untuk membentuk
garam. Contohnya, iodin bereaksi dengan Na menghasilkan senyawa natrium iodat,
NaIO3. Unsur-unsur halogen dalam sistem periodik terletak pada golongan
VII A dengan subkulit ns2 ns5 . Konfigurasi
elektron yang demikian membuat unsur-unsur halogen bersifat sangat
reaktif. Halogen cenderung menyerap satu elektron membentuk ion bermuatan
negatif satu. Hal tersebutlah yang membuat halogen tidak terdapat dalam keadaan
bebas di alam, tetapi ia ditemukan dalam bentuk senyawa garamnya.
Unsur-unsur
halogen terdiri dari flourin (F2), Klorin(Cl2), Bromin
(Br2), Iodin (I2) dan Astatin (At2). Dari
kelima unsur halogen ini hanya astatin yang bersifat radioaktif, sehingga masih
banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui.
1.
Fluor
Ditemukan dalam fluorspar oleh Schwandhard pada tahun 1670 dan baru pada tahun 1886 Maisson berhasil mengisolasinya. Merupakan unsur paling elektronegatif dan paling reaktif. Dalam bentuk gas merupakan molekul diatomik (F2), berbau pedas, berwarna kuning muda dan bersifat sangat korosif. Fluorin dengan gas hidrogen bereaksi hebat bahkan disertai ledakan. Serbuk logam, glass, keramik, bahkan air terbakar dalam fluorin dengan nyala terang. Adanya komponen fluorin dalam air minum melebihi 2 ppm dapat menimbulkan lapisan kehitaman pada gigi.
Ditemukan dalam fluorspar oleh Schwandhard pada tahun 1670 dan baru pada tahun 1886 Maisson berhasil mengisolasinya. Merupakan unsur paling elektronegatif dan paling reaktif. Dalam bentuk gas merupakan molekul diatomik (F2), berbau pedas, berwarna kuning muda dan bersifat sangat korosif. Fluorin dengan gas hidrogen bereaksi hebat bahkan disertai ledakan. Serbuk logam, glass, keramik, bahkan air terbakar dalam fluorin dengan nyala terang. Adanya komponen fluorin dalam air minum melebihi 2 ppm dapat menimbulkan lapisan kehitaman pada gigi.
Sumber komersial fluorin di alam adalah mineral fluorspar (CaF2),
kriolit (Na3AlF6), dan fluorapatit Ca5(PO4)3F.
Dengan penambahan asam sulfat terhadap mineral fluorspar akan dihasilkan
hidrogen fluorida (HF), dengan reaksi sebagai berikut:
CaF2
+ H2SO 4
CaSO4 + 2HF(g)
Selanjutnya,
elektrolisis lelehan HF dalam lelehan KF yang akan menghasilkan hidrogen dan
klorin.
2.
Klor
Ditemukan oleh Scheele pada tahu 1774 dan dinamai oleh Davy pada tahun 1810. Klor ditemukan di alam dalam keadaan kombinasi sebagai gas Cl2, senyawa dan mineral seperti kamalit dan silvit. Klorin dalam air berwarna hijau muda. Klorin dengan gas hidrogen bereaksi cepat dan jika dikenai sinar ultraviolet akan terjadi ledakan karena terjadi reaksi berantai. Dalam air, unsur ini tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat. Klor dapat mengganggu pernafasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cahaya dapat membakar kulit.
Ditemukan oleh Scheele pada tahu 1774 dan dinamai oleh Davy pada tahun 1810. Klor ditemukan di alam dalam keadaan kombinasi sebagai gas Cl2, senyawa dan mineral seperti kamalit dan silvit. Klorin dalam air berwarna hijau muda. Klorin dengan gas hidrogen bereaksi cepat dan jika dikenai sinar ultraviolet akan terjadi ledakan karena terjadi reaksi berantai. Dalam air, unsur ini tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat. Klor dapat mengganggu pernafasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cahaya dapat membakar kulit.
Sumber komersial klorin di alam adalah garam NaCl, KCl, MgCl2, dan
CaCl2. Senyawa garam ini terdapat di air laut dan garam batu
(endapan garam) yang terbentuk dari penguapan air laut. Proses untuk medapatkan
unsur klorin adalah melalui elektrolisis larutan natrium klorida pekat (brine)
akan menghasilkan Cl2 pada anode das H2 serta NaOH pada
katode.
3.
Brom
Ditemukan oleh Balard pada tahun 1826. merupakan zat cair berwarna coklat kemerahan, agak mudah menguap pada temperature kamar, uapnya berwarna merah, berbau tidak enak dan dapat menimbulkan efek iritasi pada mata dan kerongkongan. Dengan gas hidrogen, bromin bereaksi lambat. Bromin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat. Bersifat kurang aktif dibandingkan dengan klor tetapi lebih reaktif dari iodium.
Ditemukan oleh Balard pada tahun 1826. merupakan zat cair berwarna coklat kemerahan, agak mudah menguap pada temperature kamar, uapnya berwarna merah, berbau tidak enak dan dapat menimbulkan efek iritasi pada mata dan kerongkongan. Dengan gas hidrogen, bromin bereaksi lambat. Bromin dalam air tidak melarut sempurna dan reaksinya lambat. Bersifat kurang aktif dibandingkan dengan klor tetapi lebih reaktif dari iodium.
Sumber komersial bromin di alam terdapat dalam senyawa garam pekat (brine)
dari sumur-sumur garam dan samudra. Garam-garam bromin sumber komersialnya dari
Arkansas dan dari laut mati. Proses untuk mendapatkan bromin adalah dengan
mereaksikan garam bromin dengan zat pengoksidasi, biasanya menggunakan zat
pengoksidasi gas Cl2 agar tidak mengoksidasi ion klorida. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
2Br– + Cl2
Br2 + 2Cl–
4.
Iodium
Ditemukan oleh Courtois pada tahun 1811. Merupakan unsur nonlogam. Padatan mengkilap berwarna hitam kebiruan. Dapat menguap pada temperature biasa membentuk gas berwarna ungu-biru berbau tidak enak (perih). Di alam ditemukan dalam air laut (air asin) garam chili, dll. Unsur halogen ini larut baik dalam CHCl3, CCl4, dan CS2 tetapi sedikit sekali larut dalam H2O. Iodin dalam air berwarna cokelat dan bereaksi lambat dengan gas hidrogen. Dikenal ada 23 isotop dan hanya satu yang stabil yaitu 127I yang ditemukan di alam. Kristal iodin dapat melukai kulit, sedangkan uapnya dapat melukai mata dan selaput lendir.
Ditemukan oleh Courtois pada tahun 1811. Merupakan unsur nonlogam. Padatan mengkilap berwarna hitam kebiruan. Dapat menguap pada temperature biasa membentuk gas berwarna ungu-biru berbau tidak enak (perih). Di alam ditemukan dalam air laut (air asin) garam chili, dll. Unsur halogen ini larut baik dalam CHCl3, CCl4, dan CS2 tetapi sedikit sekali larut dalam H2O. Iodin dalam air berwarna cokelat dan bereaksi lambat dengan gas hidrogen. Dikenal ada 23 isotop dan hanya satu yang stabil yaitu 127I yang ditemukan di alam. Kristal iodin dapat melukai kulit, sedangkan uapnya dapat melukai mata dan selaput lendir.
Sumber komersial iodin di alam terdapat dalam senyawa garam natrium iodat, NaIO3
yang paling banyak ditemukan di Chili. Iodin diperoleh dari elektrolisis garam
pekat (brine) seperti pada proses untuk mendapatkan klorin. Adapun untuk
mendapatkan iodin dari natrium iodat adalah dengan penambahan zat pereduksi
natrium bisulfit, NaHSO3, dengan reaksi sebagai berikut:
2IO3– + 5HSO3–
I2 + 3HSO4– +2SO42–
+ H2O
5.
Astatin
Merupakan unsur radioaktif pertama yang dibuat sebagai hasil pemboman Bismuth dengan partikel-partikel alfa (hasil sintesa tahun 1940) oleh DR. Corson, K.R. Mackenzie dan E. Segre. Dikenal ada 20 isotop dari astatin, dan isotop At(210) mempunyai waktu paruh 8,3 jam (terpanjang). Astatin lebih logam dibanding iodium. Sifat kimianya mirip iodium, dapat membentuk senyawa antar halogen (AtI, AtBr, AtCl), tetapi belum bisa diketahui apakah At dapat membentuk molekul diatom seperti unsur halogen lainnya. Senyawa yang berhasil dideteksi adalah HAt dan CH3At. Dalam makalah ini astatin tidak dijelaskan lagi lebih lanjut karena masih banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui.
Merupakan unsur radioaktif pertama yang dibuat sebagai hasil pemboman Bismuth dengan partikel-partikel alfa (hasil sintesa tahun 1940) oleh DR. Corson, K.R. Mackenzie dan E. Segre. Dikenal ada 20 isotop dari astatin, dan isotop At(210) mempunyai waktu paruh 8,3 jam (terpanjang). Astatin lebih logam dibanding iodium. Sifat kimianya mirip iodium, dapat membentuk senyawa antar halogen (AtI, AtBr, AtCl), tetapi belum bisa diketahui apakah At dapat membentuk molekul diatom seperti unsur halogen lainnya. Senyawa yang berhasil dideteksi adalah HAt dan CH3At. Dalam makalah ini astatin tidak dijelaskan lagi lebih lanjut karena masih banyak sifat-sifatnya yang belum diketahui.
Sifat Fisika
Halogen :
1.
Struktur Halogen
Dalam
bentuk unsur, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomik (X2).
Molekul X2 dapat mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya.
X2 (g)
2X
(g)
Kestabilan
molekul halogen (X2) berkurang dari Cl2 ke I2.
Hal itu sesuai dengan pertambahan jari-jari atomnya, sehingga energi ikatan
dari Cl–Cl ke I–I berkurang.
Akan
tetapi, sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas, energi ikatan F–F ternyata
lebih kecil dari pada ikatan Cl–Cl. Hal itu terjadi karena kecilnya jari-ari
atom fluorin, sehingga tolak-menolak antarinti atom maupun antarpasangan
elektron bebas dalam molekul F2 menjadi cukup besar. Kecilnya energi
ikatan F–F tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan unsur fluorin
sangat reaktif.
2.
Wujud halogen
Pada
suhu ruang (25OC, 1 atm) fluorin dan klorin berwujud gas, bromin
berwujud zat cair yang mudah menguap, sedangkan iodin berwujud zat padat yang
mudah menyublim. Pemanasan iodin padat pada tekanan atmosfir tidak membuat
unsur itu meleleh, tetapi langsung menguap (menyumblim). Sama halnya degan gas
mulia, gaya antarmolekul dalam halogen adalah gaya-gaya dispersi. Hal tersebut
menjelaskan mengapa titik leleh dan titik didih halogen meningkat dari fluorin
ke iodin.
3.
Warna dan aroma halogen
Molekul
halogen berHalogen mempunyai warna dan aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning
muda, klorin berwarna hijau muda, bromin berwarna merah tua, iodin padat
berwarna hitam, sedanglan uap iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau
rangsang dan menusuk, serta bersifat racun. Kata klorin, iodin, dan bromin
berasal dari bahasa Yunani yang artinya berturut-turut adalah hijau, violet,
dan bau pesing (amis).
4.
Kelarutan halogen
Kelarutan
dalam air berkurang dari fluorin ke iodin. Fluorin tidak sekedar larut dalam
air, tetapi segera bereaksi membentuk HF dan O2. Jadi, dalam larutan
tidak terdapat lagi molekul F2 melainkan HF.
2F2 (g) + H2O (l)
4HF
+ O2(g)
Melarutnya
klorin dan bromin juga diikuti sedikit reaksi yang akan dibahas kemudian. Iodin
praktis tidak reaktif dengan air. Oleh karena itu molekulnya bersifat nonpolar,
iodin sukar larut dalam air. Meskipun iodin sukar larut dalam air, ia mudah
larut dalam larutan yang mengandung ion (I–) karena membentuk
poliiodida (I3–).
I2 (s) + I– (aq)
I3–(aq)
Ion
poliiodida (I3–) mudah terurai kembali membentuk I2 sehingga
larutan itu bersifat sebagai larutan iodin biasa.
Larutan
halogen juga berwarna. Larutan klorin berwarna hjau muada, larutan bromin
berwarna cokelat merah, sedangkan larutan iodin berwarna cokelat .
Oleh
karena bersifat nonpolar, halogen lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar
seperti karbon tetraklorida (CCL4) atau kloform (CHCL3).
Dalam pelarut tak beroksigen, seperti karbon tetraklorida atau kloform, iodin
berwarna ungu.
Sifat Kimia
Halogen
1.
Kereaktifan Halogen
Halogen mempunyai tujuh elektron valensi (ns2 np5).
Hal itu berarti halogen cenderung menyerap satu elektron lagi agar elektron
valensinya delapan sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia (ns2
np6). Hal itu yang membuat halogen bersifat reaktif.
Kereaktifan elektron halogen tergambar dari besarnya afinitas elektron. Halogen
cenderung menangkap elektron untuk membentuk ion negatif (-1).
X(g) + e–
X–(g)
Tanda negatif pada harga afinitas elektron berarti pada waktu penangkapan
elektron terjadi pelepasan energi. Pada tabel 1.1 terlihat bahwa dari F ke I
afinitas elektron berkurang. Hal itu berarti kecenderungan menyerap elektron
berkurang sehingga kereaktifan halogen berkurang. Hal itu dapat dipahami karena
dari F ke I jari-jari atom bertambah sehingga kemampuan inti untuk menarik
elektron makin lemah. Jadi, kereaktifan halogen berkurang dengan
bertambahnya nomor atom (jari-jari makin besar).
Dapat juga dilihat afinitas elektron Cl lebih besar daripada F. Hal itu terjadi
karena kecilnya jari-jari atom F sehingga tolakan pasangan elektron bebasnya
besar dan energi yang dibebaskan lebih kecil. Akan tetapi, jika kita bandingkan
kereaktifan F2 dengan Cl2, F2 jauh lebih
reaktif daripada Cl2 karena jari-jari atom F lebih kecil sehingga
tolak-menolak pasangan elektron bebasnya lebih besar. Hal itu yang membuat
energi ikatan F lebih kecil daripada Cl. Artinya ikatan F–F lebih mudah putus
dibandingkan ikatan Cl–Cl. Jadi, kereaktifan halogen (dari F2 ke
I2) makin berkurang dengan bertambahnya jari-jari atom atau
bertambahnya nomor atom.
2.
Reaksi Halogen
Karena
bersifat reaktif, halogen dapat bereaksi dengan bermacam-macam unsur. Misalnya,
dengan logam menghasilkan garam, dengan hidrogen menghasilkan asam halida,
dengan unsur nonlogam (IIIA, IVA, VA, VIA), serta sesama unsur halogen.
a)
Halogen dengan logam
Halogen
bereaksi dengan sebagian besar logam menghasilkan halida logam dengan bilangan
oksidasi tertinggi.
2Al + 3Br2
2AlBr3
2Fe +3Cl2
2FeCl3
2Na + Cl2
2NaCl
b)
Halogen dengan hydrogen
Reaksi
halogen dengan hidrogen akan menghasilkan hidrogen halida (HX).
H2 + X2
2HX (X=halogen)
Contoh:
F2 + H2
2HF (disertai ledakan)
Cl2 + H2
2HCl (Jika dikenai sinar ultraviolet, akan terjadi ledakan karena terjadi reaksi berantai). Br2
dan I2 lambat bereaksi dengan H2.
c)
Reaksi dengan nonlogam dan metaloid tertentu
Si + 2X2
SiX4
2B + 3X2
2BX3
Si + 2Cl2
SiCl4
Reaksi
dengan fosforus, arsen, dan antimon menghasilkan trihalida jika halogennya
terbatas, atau pentahalida jika halogennya berlebihan, contohnya:
P4 + 6Cl2
4PCl3
P4 +10Cl2
4PCl5
d)
Reaksi halogen dengan air
1)
Fluorin
Fluorin
bereaksi hebat dengan air membentuk HF dan membebaskan oksigen.
F2 + H2O
2HF + O2
2F2(g) + 2H2O(l)
4HF(g)
+ O2(g)
2F2(g) + 2NaOH(aq, encer)
F2O (g) + 2NaF (aq) + H2O (l)
2F2(g) + 4NaOH(aq, pekat)
4NaF (aq) + 2H2O (l) + O2 (g
2)
Klorin
Cl2
tidak melarut sempurna dalam air dan reaksinya lambat.
Cl2 (aq) + 2H2O
(l)
H3O+ + Cl– + HClO (aq)
3)
Bromin
Bromin
tidak melarut sempurna dalam air dan reaksinya lambat. Semua reaksi klorin
dengan basa berlaku pula untuk bromin.
4)
Iodin
Sama
halnya dengan bromin, iodin tidak melarut sempurna dalam air dan reaksinya
lambat. Iodin bereaksi dengan basa sebagai berikut:
2I2 + 6OH–
5I–
+ IO3– +3H2O
e)
Reaksi antarhalogen
Senyawa
halogen dapat dibuat langsung dari unsur-unsur halogen. Reaksinya secara umum
dapat dinyatakan sebagai berikut:
X2 + nY2
2XYn
Dengan
Y adalah halogen yang lebih elektronegatif dan n adalah bilangan ganjil 1, 3,
5, atau 7. Senyawa antarhalogen paling mudah terbentuk dengan fluorin. Tipe XY7
hanya dibentuk oleh I dengan F, yaitu IF7; bromin hanya membentuk
sampai BrF5; sedangkan klorin sampai ClF3.
Cl2 (g) + F2(g)
2ClF(g) (Suhu 200 OC)
Cl2 (g) + 3F2(g)
2ClF3(g) (Suhu 200 OC)
I2(s) + 3Cl2(g)
(ICl3)2(s)
Br2(l) + 5F2(g)
2BrF5(l)
3.
Daya Oksidasi Halogen
Halogen
bersifat oksidator (pengoksidasi) kuat. Hal itu terlihat dari data potensial
reduksinya yang sangat positif.
a) F2 + 2e– 2F–, EO
= +2,87 V
b) Cl2 + 2e– 2Cl–,
EO = +1,36 V
c) Br2 + 2e– 2Br–, EO = +1,07 V
d) I2 + 2e– 2I–, EO
= +0,54 V
Makin
besar (makin positif) harga potensial elektrode, makin kuat sifat oksidatornya
atau makin mudah mengalami reduksi. Dari data potensial elektrode halogen
tersebut terlihat bahwa semua halogen adalah oksidator kuat. Kekuatan
oksidatornya (daya oksidasi) bertambah dari iodin ke fluorin sehingga tentunya
oksidator terkuat adalah unsr fluorin. Bahkan, dari semua unsur di alam, fluorin
adalah oksidator terkuat. Sebaliknya, dari I– ke F– sifat
reduktor makin lemah. I– adalah reduktor terkuat dan F–
adalah reduktor terlemah. Kita tentu mengenali reaksi yang dapat berlangsung
atau tidak berlangsung dari EO selnya. Jika harga EO sel
suatu reaksi adaah positif, reaksi tersebut dapat berlangsung.
Urutan
daya oksidasi halogen adalh F2 > Cl2 > Br2
> I2 dan urutan daya reduksi ion halida adalah I– >
Br– > Cl– > F–.
4.
Reaksi pendesakan antarhalogen
Sesuai
dengan urutan daya oksidasinya yang menurun dari atas ke bawah pada sistem
periodik unsur, maka halogen yang bagian atas dapat mengoksidasi halida yang
bagian bawahnya, tetapi tidak sebaliknya. Oleh karena itu, halogen yang bagian
atas dapat mengusir/mendesak halogen yang bagian bawah dari senyawanya.
Contohnya:
Klorin
dapat mendesak bromin, tetapi sebaliknya bromin tidak dapat mendesak klorin.
Cl2 (g) + 2NaBr(aq)
2 NaCl(aq) + Br2 (l)
Br2 (l) + 2NaCl(aq)
(tidak ada reaksi)
Atau
dalam bentuk reaksi ion berikut ini:
Cl2 (g) + 2Br–(aq)
2Cl – (aq) + Br2
Br2(l) + 2Cl –
(aq)
(tidak ada reaksi)
B.
Tujuan
Pratikum
Ø Untuk mengetahui
cara membedakan ion Fe2+ dan ion Fe3+
Ø Untuk menguji
daya oksidasi halogen
Ø Untuk menguji
daya reduksi ion halida
BAB II
Metodelogi
Alat
dan bahan:
ü Tabung reaksi 8 buah
ü Pipet tetes
ü Gelas Kimia
ü Larutan FeSO4
0,1 M
ü Larutan Fe2(SO4)3 0,1 M
ü Larutan KSCN 0,1 M
ü Larutan klorin
ü Larutan bromine
ü Larutan iodine
ü Larutan NaCl
ü Larutan NaBr
ü Larutan KI
Cara
Kerja :
1.
Membedakan
ion Fe2+ dan ion Fe3+
Ambil dua tabung reaksi, masukkan
kira-kira 20 tetes larutan FeSO4 0,1 M ke dalam tabung pertama dan
kira-kira 20 tetes Fe2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung kedua. Tambahkan 1 tetes
larutan KSCN 0,1 M pada masing-masing tabung reaksi. Catat pengamatan anda
2.
Membandingkan
daya oksidasi halogen (X2)
Ambil tiga tabung reaksi dan masukkan :
a.
20
tetes larutan klorin ke dalam tabung 1
b.
20
tetes larutan bromine ke dalam tabung 2
c.
20
tetes larutan iodine ke dalam tabung 3
Tambahkan 20 tetes larutan FeSO4 0,1 M pada masing-masing tabung reaksi itu.
Kemudian tambahkan 1 tetes larutan KSCN 0,1 M pada tiap-tiap tabung reaksi
untuk menguji adanya ion Fe3+. Catat pengamatan anda.
BAB III
Hasil dan Pembahasan
Hasil :
1.
Membedakan ion Fe2+
dan ion Fe3+
No.
|
Larutan Senyawa besi
|
Perubahan warna
|
|
Sebelum
|
Setelah ditambah dengan larutan KSCN
|
||
1.
|
FeSO4 atau
Fe2+
|
Kuning
|
Orange
|
2.
|
Fe2(SO4) atau Fe3+
|
Kuning
|
Merah
|
2. Membandingkan daya oksidasi halogen
No.
|
Larutan Halogen
|
Perubahan warna
|
||
Sebelum
|
Sesudah ditambah FeSO4
|
Sesudah ditambah FeSO4 dan KSCN
|
||
1.
|
Cl2
|
Bening
|
Kuning bening/pucat
|
Orange tua
|
2.
|
Br2
|
kuning
|
Kuning muda
|
Orange bening
|
3.
|
I2
|
Kuning kemerahan
|
Kuning tua
|
Orange pekat
|
3. Membandingkan daya reduksi halogen
No.
|
Larutan
|
Perubahan warna
|
|
sebelum
|
Setelah ditambah CCl4
|
||
1.
|
Fe2(SO4)3 + NaCl
|
Kuning+bening
|
Kuning lebih muda dan ada sedikit gumpalan berwaran
putih
|
2.
|
Fe2(SO4)3 + NaBr
|
Kuning+bening
|
Kuning dan ada gumpalan berwarna putih
|
3.
|
Fe2(SO4)3 + KI
|
Kuning+bening
|
Orange dan ada gumpalan berwarna merah muda.
|
4.
No.
|
Larutan
|
Perubahan warna
|
|
Sebelum
|
Setelah
|
||
1.
|
I2 + NaCl
|
Orange kemerahan+ Bening
|
Orange
|
2.
|
I2 + NaBr
|
Orange kemerahan + Bening
|
Orange
|
3.
|
Cl2 + NaBr
|
Bening + Bening
|
Bening
|
4.
|
Cl2 + KI
|
Bening +Bening
|
Hijau Muda
|
5.
|
Br2 + NaCl
|
Kuning + Bening
|
KuningMuda
|
6.
|
Br2 + KI
|
Kuning + Bening
|
Kuning Muda
|
Analisis Data :
1.
Halogen manakah
yang dapat mengoksidasi ion Fe2+?
Ø Dari tabel kedua, tabung pertama unsur halogen yang dapat
mengoksidasi ion Fe2+
Pada tabung 1,terjadi perubahan
warna dari
bening menjadi kuning bening/pucat
karena Fe2+ dioksidasi oleh Cl2.
2.
Tulislah persamaan
reaksi ion untuk reaksi yang terjadi
Ø 2Fe2+
+ 3Cl2 2Fe3+ + 2SO42- (daya oksidasi
halogen)
Ø Dari tabel ketiga, tabung 3 terjadi reaksi pereduksian ion halida. Karena berdasarkan data di
atas, terjadi perubahan warna dari bening
ditambah kuning menjadi orange.
Fe3+
+ 2I- I2 +
Fe2+ (daya reduksi
halogen)
3.
Kesimpulan apa yang
dapat anda ambil dari kegiatan ini mengenai daya oksidasi halogen dan daya
reduksi halida?
Ø Berdasarkan percobaan tentang daya pengoksidasi halogen
kami menarik kesimpulan bahwa dalam satu golongan , dari atas ke bawah, daya
pengoksidasinya semakin
berkurang.
Ø Berdasarkan percobaan tentang daya reduksi halida kami
menarik kesimpulan bahwa dalam satu golongan , daya pereduksi ion halida dari
atas ke bawah semakin
kuat.
BAB IV
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar